Zaman Edo
Gue
mau sharing tentang hal-hal berbau Jepang dulu nih,,kali ini materi yg gue
bagiin adalah tentang zaman edo yang udah gue rangkum sedemikian rupa,,sebenernya
ini tugas kuliah daripada cuma
Silahkan yg mau baca buat referensi ato
sekedar tambahan info buat kalian,,ato ada yg mau copast buat tugas,,douzo… J
KEADAAN ZAMAN
Keshogunan Edo
Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang
setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa
dimulai pada tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai
Sei-i Taishōgun dan berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan
ke tangan kaisar (Taisei Hōkan) pada 9 November 1867.
Keshogunan Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan
penguasa sah Jepang dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto.
Kebijakan pemerintahan dikeluarkan istana kaisar di Kyoto dan diteruskan kepada
klan Tokugawa. Sistem ini berlangsung sampai kekuasaan pemerintah dikembalikan
kepada kaisar di zaman Restorasi Meiji.
Keshogunan Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto yang disebut Kyōto
Shoshidai untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar dan kalangan
bangsawan. Namun pada kenyataannya Shogun Tokugawa tetap yang menguasai
pemerintahan Jepang.
Setelah mengalahkan Toyotomi Hideyoshi dalam pertempuran Sekigahara
pada tahun 1600 M, Tokugawa Ieyasu diangkat menjadi Seiitai Shōgun pada
tahun 1603 M dan mendirikan Bakufu di Edo (sekarang Tōkyō). Sehingga zaman ini
disebut zaman Edo atau zaman Tokugawa.
Tidak
lama setelah pertempuran Sekigahara, para Daimyō diambil sumpahnya secara
tertulis kemudian mereka dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu: Shinpan
Daimyō, Fudai Daimyō, dan Tozama Daimyō.
Wilayah yang diberikan pada bakufu
tersebut dinamakan Han. Untuk mengatur Han, Bakufu membuat sistem yang
disebut sistem Bakuhan (Bakuhan Taisei). Dalam sistem Bakuhan,
Bakufu memegang kekuasaan seluruh negeri, sedangkan Daimyō memegang kekuasaan
atas wilayah yang diberikan kepadanya (Han).
Untuk mengatur Daimyō, Tokugawa Ieyasu menetapkan peraturan yang harus
dipatuhi oleh para Daimyō yang disebut Bukeshōhattō. Salah satunya
adalah para Daimyō dilarang memperkuat pasukannya atau mendirikan benteng tanpa
sepengetahuan pemerintah pusat (Bakufu).
Bakufu juga membatasi wewenang pihak istana dengan peraturan Kugeshōhattō.
Tennō dan golongan Kuge (bangsawan) diberikan penghasilan sesuai kedudukan
mereka tapi tidak diberikan tanah. Pengangkatan pejabat istana harus dengan
persetujuan Bakufu. Tennō tidak boleh aktif turut serta dalam pemerintahan dan
hanya punya fungsi sakral. Tennō tidak dapat diganggu gugat tetapi sama sekali
tidak punya kekuasaan apapun.
Ada juga larangan Katanagari, yaitu larangan memiliki senjata bagi
petani. Hal ini dilakukan karena sering timbulnya pemberontakan oleh petani
yang disebabkan besarnya pajak yang harus mereka bayar. Dengan adanya ketiga peraturan
tersebut maka Jepang menjadi sangat tenang dan stabil.
Susunan
masyarakat pada zaman Edo disebut Shinōkōshō. Kata Shinōkōshō berasal
dari:
Shi= bushi=
samurai/militer, Nō= nōmin= petani, Kō= kōsakunin= pekerja, Shō= shōnin=
pedagang.
Selain itu masih
ada golongan masyarakat yang tidak digolongkan ke dalam Shinōkōshō, yaitu
orang-orang buangan yang disebut Eta atau Hinin.
Kelas samurai berada di hirarki paling atas, diikuti petani, pengrajin dan
pedagang. Pemberontakan sering terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku
dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan
terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi.
Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya, karena jumlah pajak
yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang. Perselisihan
soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai
yang terhormat tapi kurang makmur.
Pada zaman Genrōku (zaman kecil yang ada selama zaman Edo)
perekonomian menjadi kacau karena krisis ekonomi. Tokugawa Yoshimune
(Shōgun generasi ke-8) melakukan beberapa pembaharuan untuk membangun
kembali perekonomian Bakufu. Ada tiga reformasi yang dilakukan.
Reformasi pertama= Merencanakan pajak yang berlipat ganda dan cara
membuka lahan baru serta memerintahkan kaum Bushi untuk menghentikan hidup
bermewah-mewah dan berhemat. Reformasi ini berhasil, tetapi tidak berlangsung
lama.
Reformasi kedua= Memerintahkan kaum Bushi untuk berhemat, menganjurkan Bushi
untuk belajar beladiri dan ilmu pengetahuan serta mengeluarkan perintah bahwa
Bushi tidak perlu membayar hutang kepada kaum pedagang. Reformasi ini gagal
tapi mampu menolong kaum Bushi.
Reformasi ketiga= Memerintahkan kaum Bushi untuk berhemat dan melarang
perkumpulan pedagang besar yang melakukan pemborongan. Reformasi ini gagal.
Karena krisis ekonomi, para Daimyō jatuh miskin dan
mereka menyalahkan Bakufu. Yang paling buruk nasibnya adalah petani, karena
harus membayar pajak yang tinggi.
Ketika keadaan dalam negeri bergejolak, negara-negara
barat mendesak Jepang supaya membuka negerinya. Pada tahun 1854 M Amerika
memaksa Jepang untuk menandatangani persetujuan dagang (persetujuan Kanagawa)
yang membuat Jepang harus membuka negeri dari bangsa asing.
Pembukaan negeri (Kaikoku) tersebut membuat
rakyat dan Bushi menjadi susah serta perekonomian menjadi kacau. Dua golongan
Bushi tingkat bawah yang disebut Satsuma dan Chōshū bersatu dan
memulai gerakan Sonnōjōi melawan orang asing tetapi kalah. Mereka mengakui
kekuatan orang asing dan berfikir untuk menjatuhkan Bakufu dan menyelenggarakan
pemerintahan baru yang berpusat pada kaisar. Saat itu muncul gerakan-gerakan anti Bakufu
yang disebut Bakumatsu.
Pemerintahan Tokugawa resmi berakhir
ketika Tokugawa Yoshinobu menyerahkan pemerintahan ke tangan Tennō (Taisei
Hōkan) pada tanggal 9 November 1867 untuk menghadapi krisis. Tanggal 19
November 1867 Tokugawa mundur dari jabatannya.
KEBUDAYAAN
Karena politik isolasi
negeri, Jepang terisolasi dari peradaban barat namun kebudayaan asli Jepang
mengalami perkembangan. Dari segi industri,
dibangun perusahaan air minum. Industri kerajinan tangan seperti sutera dan
kertas juga berkembang. Lalu lintas dan jalan raya dibangun.
Dari segi pendidikan, muncul sekolah yang diselenggarakan di kuil-kuil
Buddha yang disebut Terakoya. Ilmu pengetahuan yang berasal dari ajaran
Konfusianisme berkembang pesat. Selain itu muncul juga ajaran Kokugaku
yaitu ilmu pengetahuan yang meneliti ilmu klasik Jepang dan mencari
pemikiran-pemikiran asli Jepang. Kokugaku kemudian memupuk pemikiran untuk
menghidupkan kembali pemerintahan langsung oleh Tennō (Sonnō Shisō) dan
pemikiran yang berusaha mengusir kekuatan dan pengaruh asing (Jōi Shisō).
Inilah yang kemudian melahirkan gerakan Sonnōjōi (Sonnōjōi Shisō)
yang muncul pada akhir Bakufu (Bakumatsu). Dengan dibukanya kembali Jepang dari
bangsa barat, muncul pula pengetahuan-pengetahuan baru dari barat dan
berkembang sebagai Rangaku seperti ilmu kedokteran, ilmu bumi,
elektronika , dll.
Di bidang kesusastraan, pada zaman Genroku pada masa
pemerintahan Tokugawa Tsunayoshi (Shōgun generasi ke-5) lahir kebudayaan
baru masyarakat kota yang disebut Genroku Bunka. Ihara Saikaku mengangkat
kehidupan masyarakat kota pada zaman Genroku dalam novel Kōshoku Ichidai
Otoko dan Sekenmunazanyō.
Dalam bidang seni pertunjukan, berkembang Kabuki.
Kabuki pada mulanya berupa tari-tarian yang dilakukan oleh Okuni yang berasal
dari Izumo di kuil Shintō. Saat itu Kabuki dianggap bernilai seni rendah karena
kostum dan gerakannya tidak begitu bagus, sehingga Kabuki dilarang oleh Bakufu.
Setelah itu Kabuki hanya ditampilkan oleh laki-laki dan lambat laun isi cerita
dan seninya menjadi lebih baik. Selain kabuki berkembang pula Ningyō Jōruri
yaitu drama boneka yang dimainkan dengan tangan.
Ningyō Jōruri merupakan warisan hasil budaya tanpa bentuk yang disebut Bunraku
yang dikenal sampai sekarang.
Dalam bidang seni lukis yang paling berkembang adalah Ukiyo-e yaitu
lukisan yang menggambarkan dunia Kabuki, dunia Sumō, dan dunia wanita
penghibur. Ada juga Nishiki-e yaitu gambar yang dibuat dengan dicetak
pada papan menggunakan warna-warna yang indah. Seni lain yang berkembang adalah
Yūzen (kain celup) dan keramik Jepang.
'Karakuri
Ningyo'
Karakuri Ningyo
adalah robot tradisional Jepang yang terbuat dari kayu yang dirancang dengan
berbegai susunan pegas yang rumit.
Ada tiga jenis
Karakuri, antara lain: 'Karakuri Butai' adalah Karakuri yang digunakan dalam
teater, kedua: 'Karakuri Zashiki' adalah jenis karaguri kecil yang dapat
dimainkan di dalam ruangan dan terakhir 'Karakuri Dashi" ditampilkan di
kayu terapung saat perayaan keagamaan.
Karakuri dengan kecanggihanya,
keanggunanya muncul di perayaan keagamaan, dipentaskan untuk menampilkan
kembali legenda dan mitos-mitos tradisional serta menghibur masyarakat mereka.
Karakuri Ningyo,
dibuat selama zaman Edo (1603-1867) dan Karakuri ini mampu mempraktekan semua
jenis aktivitas seperti: menyajikan teh, menembak atau berjalan menuruni
tangga.
Samurai di zaman Edo
Samurai di zaman Edo menjalankan kewajiban melayani tuan tanah feodal
masing-masing dengan dua cara. Pertama, menjalankan tugas keprajuritan pada
masa damai, yakni menjaga benteng daimyō, mengawal daimyō ketika ia pergi ke
Edo dan pulang dari Edo, dan menyediakan pasukan yang dapat digunakan daimyo
untuk menjaga tanahnya.
Namun, setelah Tokugawa berhasil mewujudkan ketertiban di
Jepang pada abad ke-17, para samurai ini kebanyakan menjalankan tugas
administrasi, dalam hal ini adalah administrasi keuangan seperti menghimpun
pendapatan dalam bentuk beras atau uang tunai untuk membayar tunjangan, merawat
rumah resmi di Edo, dan membayar biaya perjalanan ke Edo setiap tahunnya.
Karena para samurai tidak dapat lagi diandalkan untuk
bertempur, shogun dan daimyō tidak ingin menghilangkan nilai kesetiaan dan
keberanian samurai, tetapi perkelahian dan balas dendam turun temurun, sering
terjadi dan merupakanbagian dari kehidupan samurai yang tidak sesuai dalam
masyarakat aman dan damai yang sedang mereka bangun. Bakufu kemudian menindak
tegas pelaku perkelahian dan melarang balas dendam. Untuk mendorong agar para
samurai mau menerima perubahan, maka disediakan imbalan.
Bagus gak cerita diatas dijadiin teater kabuki?
BalasHapus