Powered By Blogger

Selasa, 08 Mei 2012

WUEEEEHHH!!
hari ini adalah salah satu hari yang paling mengesankan dalam hidup saya.
kenapa??
pertama :waktu makan siang di kantin kampus,om gendut yang biasa bawaiin pesanan akhirnya pake baju kalo jalan..biasanya dia sih dengan bangganya menunjukan perutnya yang bagaikan gunung bromo.
kedua: waktu mau pulang gue nemu diut di tempat parkir meskipun cuma 20rb :)
ketiga: kali ini gue sangat puas dengan tugas makalah yang gue buat. biasanya sih format makalah nggk kayak biasanya yang isinya cuma di copy paste,ukuran font asal-asalan..
pokoknya hari ini Sugoiiiiiiii!!
Terima kasih Tuhan..
Lv u suppai :*

Sejarah jepang



Perubahan yang krusial atas Jepang dimulai pada tahun 1603. Pada saat itu, Ieyasu yang telah berhasil menyatukan seluruh Jepang, membangun kekaisarannya di Edo, sekarang dikenal dengan Tokyo. Ieyasu mencoba membangun setiap aspek di negara ini sehingga negara ini mampu berdiri sendiri tanpa bantuan dari negara lain. Hasil dari politik yang dilakukan Ieyasu ini kemudian dimanfaatkan oleh Kekaisaran Tokugawa pada tahun 1639 dengan lahirnya Politik Isolasi. Latar belakang dari lahirnya Politik Isolasi ini banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan Agama Kristen. Berkembangnya Agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kekaisaran, oleh sebab itu Kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan negara asing, kecuali dengan Pedagang-Pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Itu pun hanya dilakukan di satu tempat, yaitu di Pulau Dejima, Nagasaki.
Politik Isolasi ini bertahan lebih dari 200 tahun sampai pada tahun 1853, Komodor Perry dari angkatan laut Amerika Serikat dengan 4 buah kapalnya memaksa Jepang untuk membuka diri kembali terhadap dunia luar.
Kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867, dan digantikan dengan Kekaisaran Meiji. Pada zaman ini Jepang banyak mengalami kemajuan. Dan hanya dalam beberapa decade mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara barat. Pada zaman ini pula Edo berganti nama dengan Tokyo, dan kasta-kasta yang ada pada zaman feudal dihapuskan. Restorasi Meiji benar-benar mampu menggerakkan seluruh aset negara yang ada, sehingga pada beberapa peperangan, Jepang dapat menang. Hasil dari kemenangan itu antara lain adalah dengan direbutnya Taiwan dari Cina pada tahun 1895 dan Sakhalin selatan pada tahun 1905 dari Rusia. Setelah itu Jepang pun mulai membesarkan daerah jajahannya dengan merebut korea pada tahun 1910. Kaisar Meiji meninggal pada tahun 1912 dan mewariskan tahta pada Kaisar Taisho, dan dimulailah Kekaisaran Showa.
Kekaisaran Showa ini dimulai dengan kondisi yang menjanjikan. Industri yang terus berkembang, dan kehidupan politik yang telah mengakar di parlemen-parlemen pemerintahan. Namun masalah-masalah baru terus bermunculan. Krisis ekonomi dunia menekan kehidupan rakyat. Rakyat mulai tidak percaya terhadap pemerintah karena banyaknya skandal. Hal ini dimanfaatkan oleh para ekstrimis dan berhasil menomorsatukan militer di negara ini. Jepang pun mulai terlibat pada banyak peperangan. Fungsi dari Parlemen pun semakin berkurang. Semuanya ditangani militer. Hingga pada akhirnya pecahnya Perang Pasifik pada tahun 1941.
Pada tahun 1945, Jepang menyerah pada sekutu akibat semakin melemahnya kekuatannya setelah Hiroshima dan Nagasaki dilumpuhkan. Dalam masa pendudukan sekutu ini banyak hal yang diubah. diantaranya adalah diberikannya hak kepada wanita untuk memberikan suara pada pemilu, dan juga kebebasan untuk mengelurkan pendapat, memeluk agama, dan lain-lain.
Pada tahun 1951, setelah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian San Fransisko, Jepang mendapatkan haknya kembali untuk menjalankan politiknya kembali.
Satu tugas besar menunggu, yaitu mengangkat kembali negara ini dari keterpurukannya akibat perang. Dalam masa tidak lebih dari 10 tahun, dibantu dengan negara-negara luar, Jepang mampu tegak kembali dan bersaing di pasar internasional. Satu bukti dari kebangkitannya itu adalah dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Tokyo 1964, yang juga menjadi symbol atas kebangkitan Jepang. Tidak hanya itu, pada tahun 1975 Jepang sudah diakui menjadi negara maju dan masuk dalam kelompok negara G-7.

Harajuku


Harajuku Style

Pernah dengar Harajuku Style? Itu lho, sekelompok orang yang menggunakan pakaian aneh meniru gaya jalanan (street style) di Jepang. Di Indonesia sendiri komunitas ini sudah mulai merebak. Event-event yang mempertemukan atau melombakan gaya pakaian Harajuku Style ini diadakan tiap tahunnya.

Bunga Sari Siregar, lulusan S2 Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengangkat Harajuku Style sebagai tesisnya yang berjudul “Kajian Visual Harajuku Style di Indonesia Ditinjau Melalui Pendekatan Unsur – Unsur Fashion”. Gaya Harajuku telah mempengaruhi dunia termasuk Indonesia. Sejauh mana gaya Harajuku tersebut masuk di Indonesia? Bunga mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan tesisnya yang setebal dua ratus lebih halaman.

Harajuku, merupakan salah satu sentral street style di Jepang yang kini sangat menarik minat anak muda dunia, termasuk Indonesia. Gaya, pilihan warna, dan motif pakaian yang dikenakan para kaum muda di seputar Harajuku banyak ditiru oleh kalangan muda di Indonesia. Umumnya, mereka memiliki perhatian khusus pada produk budaya pop Jepang seperti anime, cosplay, komik, makanan, film, majalah, dan juga musik serta bahasa Jepang. Para kaum muda ini hadir membawa produk persilangan budaya baru yang merupakan perpaduan Jepang – Indonesia.

Bunga menjelaskan bahwa Harajuku Style sendiri terbagi menjadi sub-sub gaya, yakni Harajuku Style, Lolita, Visual Kei, Gothic, Cosplay, Ganguro, Gyaru, dan Kogal. Namun sub gaya Harajuku yang masuk di Indonesia antara lain yaitu Harajuku Style, gothic, fruits, visual kei, cosplay, dan Lolita.

“Pada dasarnya fashion Harajuku ini sangat bertolak belakang dengan fashion system masyarakat pada umumnya. Artinya, di Harajuku Style ini kita menemukan fashion system yang baru,” kata Bunga.

Parameter yang digunakan dalam penelitian Harajuku Style ini adalah unsur-unsur fashion, yakni bentuk (silhouette), garis, detail, bahan, tekstur, motif, dan warna. Selain itu digunakan juga prinsip-prinsip fashion meliputi proporsi, keseimbangan, pengulangan, aksentuasi, dan keselarasan.

Harajuku Style mengalami dekonstruksi berbusana, di mana gaya tersebut mengalami pergeseran nilai-nilai, dalam fashion umumnya. “Umumnya baju kan simetri, kalau Harajuku Style itu banyakan asimetri. Antara sebelah kanan dan kiri ukurannya berbeda, sebelah ada tangan, sebelah lagi nggak ada. Kanan pajang, kiri lebih pendek. Sebelah kanan ada kerah, sebelah kiri terbuka,” papar Bunga.

Gaya Harajuku asalnya merupakan pemberontakan dan pelarian, diadopsi menjadi tren yang meriah di sekitar kita. Harajuku, sebuah area di Tokyo, menjadi tempat anak muda berkumpul untuk melepaskan tekanan hidup sehari-hari. Setiap akhir Minggu, mereka berkumpul dan berdandan luar biasa ekstrim. Baju jadi celana, celana jadi baju, sepatu jadi ikat pinggang, baju dari plastik warna-warni, ekspresi gaya Gothic, Lolita, peniruan tokoh-tokoh komik Jepang, manga, dan animasi bertebaran di kawasan ini. Yang penting, mereka menjadi sosok yang berbeda dari kehidupan sehari-hari yang cenderung membosankan.

Tiarma Sirait, fashion artist yang selama tiga tahun menjadi Artist In Residency di Fukuoka Asian Art Museum dalam diskusi Iketaru Harajuku pada 26 September 2006 bertempat di Hall The Japan Foundation Jakarta mengatakan, “fashion cuma alat saja buat mereka untuk melepas stres dan lari dari kepribadian mereka setelah sebelumnya mereka bekerja dengan disiplin.”

Memakai busana ataupun berdandan gaya Harajuku di Indonesia tidak harus merasa memberontak terhadap suatu apapun. Berdasarkan penelitian kepada seratus responden, faktor utama yang memotivasi anak muda Indonesia dalam bergaya Harajuku adalah kebebasan berekspresi. Motivasi lain yakni kreativitas, meningkatkan kepercayaan diri, pemberontakan, dan agar dapat diterima oleh kelompok tertentu.

Visualisasi Harajuku Style Indonesia dalam meniru, mencontoh, dan mengadopsi Harajuku Style tidak bisa sama persis seperti yang di Jepang sana karena ada faktor-faktor tertentu. Faktor yang mempengaruhi totalitas tersebut yakni faktor persediaan barang yang terbatas, faktor ekonomi, faktor agama, iklim, dan lain-lain.

“Kalau di Indonesia, gothic hanya memakai kemeja hitam dan celana hitam. Padahal gothic yang sesungguhnya itu dari atas sampai bawah, mulai dari aksesoris seperti kalung sampai kuteks,” tutur Bunga.

“Saya juga observasi tentang warna. Ternyata bisa diambil kesimpulan bahwa warna Harajuku Style di Jepang lebih bright, lebih panas. Warna-warna panas itu seperti merah, kuning, oranye. Di Indonesia digunakan warna-warna dingin, seperti biru, hijau, putih. Mungkin karena adanya perbedaan iklim,” terangnya. “Dari segi rambut, kalau Harajuku Style di Jepang, mereka mengecat permanen dan mereka sehari-hari seperti itu. Di Indonesia masih temporary, pakai wig atau bahkan rambut biasa aja. Selain itu make-up Harajuku Style Jepang lebih totalitas. Bibir dihitamkan, pakai piercing (tindikan). Kalau di sini anak mudanya nggak berani piercing, karena harus ke sekolah lagi.”

Sub gaya Harajuku Style yang dominan di Indonesia yakni Harajuku Style itu sendiri. Alasannya, konsep lebih bebas, memadu-padankan baju-baju yang sudah ada. Kemudian gothic, nggak hanya di Indonesia, di luar juga sangat suka gothic. Decora/fruits yang lucu. Lolita kayak Pinkan Mambo.

Gaya Harajuku di Indonesia mengalami transformasi. Di mana ketika gaya Harajuku di Jepang merupakan gaya jalanan/street sedangkan di Indonesia gaya tersebut mengalami proses adopsi secara Horizontal-Flow Theory yaitu gaya tersebu diimitasi atau ditiru untuk distribusi massal. Bahkan menjadi Upward-Flow Theory, yaitu gaya tersebut diadopsi oleh kaum muda Indonesia untuk dipakai di acara-acara tertentu saja atau fashion show.

“Gaya Harajuku di Jepang merupakan gaya jalanan. Yang memakai pun bukan kalangan atas seperti buruh, kalangan-kalangan bawah, orang-orang yang tidak berpendidikan. Tapi begitu masuk ke negara-negara lain, seperti Indonesia, hal tersebut malah menjadi panggung massal. Malah jadi tren sehingga sering di-fashion show-kan,” kata Bunga.

Komik dapat dikatakan media awal yang sangat berpengaruh dalam masuknya gaya Jepang dan banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Awal 1990-an, PT Elex Media Komputindo meluncurkan komik Jepang, Candy – Candy yang meledak di pasaran. Setelah itu, Elex juga mengeluarkan komik Jepang lain seperti Kungfu Boy, Doraemon. Pengaruh ini semakin merasuk pada dunia remaja ketika didukung oleh filmnya. Kemudian menyusul banyaknya anak muda di Jakarta yang juga demam game online di Jepang seperti Ragnarok, Get Amped, dan Rising Force. Hal ini dibuktikan oleh Andi Suryanto, Executive Editor Lyto, perusahaan pemilik lisensi tiga game asal Jepang tersebut mengatakan bahwa ada empat juta gamer di seluruh Indonesia (Kontan, Rabu 2 Januari 2008, Angga Aliya).

Fallen Angel


Fallen Angel


"And war broke out in heaven: Michael and his angels battled with the dragon, and the dragon and its angels battled but it did not prevail, neither was a place found for them any longer in heaven. So down the great dragon was hurled, the original serpent, the one called Devil and Satan, who is misleading the entire inhabited earth; he was hurled down to the earth, and his angels were hurled down with him."


For the Comic Book of the same name, go here.
What does one think about when one hears the word angel? Do you see them as glowy Winged Humanoids,overworked suits, or for extra flavor, flaming wheels covered in eyes? Regardless of what (meta-)physical traits one assigns to them, one thing is almost always consistent: they are paragons of virtue and honor.
But what happens if they stop being so nice? Then we have a problem. See, when you turn your back on God(or the local variant) while knowing S/He's the real deal, there's really nowhere to go but down.
And down they go; when an angel goes bad, they tend to become far, far worse than any human ever could. They'll gleefully engage in atrocities that would leave any mortal short of a Complete Monster (and even some of them) curled under their beds in fear. The cause of their fall may be an old grudge, some extremeMore than Mind Control, or completely unknowable to mortals. Whatever the cause is, there's no going back.
Very, very rarely are any examples of this good, and usually only in certain circumstances. At the opposite end you have Ascended Demon.
Often an extreme case of Light is Not Good and Fallen Hero. May or may not be considered demons. Not to be confused with Fallen Angles. The Ur Example is one interpretation of how The Bible describes Lucifer. Usually represented visually as a Broken Angel, though some still have their "un-fallen" countenance. If they were the right hand of the big guy upstairs, then it's also a case of The Paragon Always Rebels.
Thanks to some modern interpretations and the tendency to side with underdogs, fallen angels are often portrayed sympathetically nowadays, as being rebellious victims of Celestial Bureaucracy and Light is Not Good, like in Bedazzled. Often portrayed as regular angels, but with skimpier outfits (often with a red and black motif) and a bit sluttier personalities (they're usually female, because of women's corruptible nature. Think Adam and Eve).
And as a warning, if an Archangel happened to be the one who fell, be afraid. Very afraid.

Multiple Intelligences

BAB I
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa sekarang ini saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Setelah melewati berbagai proses dalam membuat makalah ini akhirnya saya juga pun dapat menyelesaikan makalah ini untuk keperluan Tugas saya dan sekaligus juga akan memberikan satu kontribusi kepada orang lain mengenai isi makalah ini yang membahas mengenai “Multiple Intelligences”  yang merupakan salah satu karya dari HOWARD GARDNER.kiranya makalah ini dapat membantu kita dan menambah wawasan kita sekarang ini dan membantu kita dalam dunia sekarang ini sebagai jati diri kita manusia. Terima kasih.


Tondano, 4 Mei 2012



Wiradhika Palit


DAFTAR ISI

BAB I                                                                                        2
BIODATA PENYUSUN                                                           2
KATA PENGANTAR                                                               3     
DAFTAR ISI                                                                        4
BAB II                                                                                       5
BIOGRAPHY OF HOWARD GARDNER                                       5
TEORI MULTIPLE ILTELLIGENCES                                           7          
DASAR-DASAR TEORI                                                           8
JENIS-JENIS INTELIGENSI                                                     9
PEMAHAMAN MULTIPLE INTELLIGENCES MENURUT SAYA           12
PENJABARAN JENIS INTELIGENSI                                           12
PERSONAL MIND MAPPING                                                    14
BAB III                                                                                      15
        KESIMPULAN                                                                       16
DAFTAR PUSTAKA                                                                 17






BAB II
ISI

BIOGRAPHY OF HOWARD GARDNER

Howard Gardner is the John H. and Elisabeth A.
Hobbs Professor of Cognition and Education at the
Harvard Graduate School of Education. He also
holds positions as Adjunct Professor of Psychology
at Harvard University and Senior Director of
Harvard Project Zero. Among numerous honors,
Gardner received a MacArthur Prize Fellowship in
1981. He has received honorary degrees from 26
colleges and universities, including institutions in
Bulgaria, Chile, Greece, Ireland, Israel, Italy, and
South Korea. In 2005 and again in 2008, he was
selected by Foreign Policy and Prospect magazines
as one of the 100 most influential public
intellectuals in the world. Most recently, he was bestowed
with the 2011 Prince of Asturias Award in Social Sciences,
which aims "to reward the scientific, technical, cultural,
social and humanistic work." The author of 25 books
translated into 28 languages, and several hundred
articles, Gardner is best known in educational
circles for his theory of multiple intelligences, a
critique of the notion that there exists but a single
human intelligence that can be adequately assessed
by standard psychometric instruments.

© 2008 R. Sepulveda-EL TIEMPO .
During the past two decades, Gardner and colleagues at Project Zero have been
involved in the design of performance-based assessments; education for
understanding; the use of multiple intelligences to achieve more personalized
curriculum, instruction, and pedagogy; and the quality of interdisciplinary efforts
in education. Since the middle 1990s, in collaboration with psychologist Mihaly
Csikszentmihalyi and William Damon, Gardner has directed the GoodWork Project--
a study of work that is excellent, engaging, and ethical. More recently, with long
time Project Zero colleagues Lynn Barendsen and Wendy Fischman, he has
conducted reflection sessions designed to enhance the understanding and
incidence of good work among young people. With Carrie James and other
colleagues at Project Zero, he is also investigating the nature of trust in
contemporary society and ethical dimensions entailed in the use of the new
digital media. Among new research undertakings are a study of effective
collaboration among non-profit institutions in education and a study of conceptions
of quality, nationally and internationally, in the contemporary era. In 2008 he
delivered a set of three lectures at New York's Museum of Modern Art on the topic
"The True, The Beautiful, and The Good: Reconsiderations in a post-modern, digital
era,"from which he drew upon to write the recently published
Truth, Beauty andGoodness Reframed: Educating for the Virtues in the Twenty-First Century.




Teori tenteng multiple intelligence ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada teori general (g) intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai kekuatan mental yang yang timbul selalma aktifitas intelektual dan dapat digambarkan dalam berbagai tingkatan. Sama dengan Thurstone dan beberapa ahli psikometri lain Gardner melihat bahwa inteligensi merupakan meliputi beberapa kemampuan mental. Namun demikian psikolog Universitas Harvard tersebut tidak terlalu terlalu peduli dengan bagaimana menjelaskan dan menuangkannya dalam skor tes psikometri yang bersifat lintas budaya.
Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa individu memilih berada dalan peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani, penari), memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya.
Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia masuk di Jurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik…jelas masalah fisika-teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius, tetapi bab olah-raga maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, juga Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Dst..dst…juga Thoman A. Edison adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu, adegan ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan bahkan dialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah Howard Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan bahwa era baru sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test tulis (dimana didominasi oleh kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi Multiple Intelligences.

DASAR-DASAR TEORI
Teori Gardner berdasar pada sintesa berbagai macam bukti dari sumber-sumber yang berbeda :
1. Studi terhadap orang normal yang mengalami kerusakan otak karena trauma atau stroke, yang mendukung pendapat tentang inteligensi terpisah yang mengatur pemikiran spasial dan bahasa.
2. Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.
3. Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.
4. Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif
5. Penemuan-penemuan psikometris.
6. Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.
7. Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.
8. Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.


JENIS-JENIS INTELIGENSI

Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Jenis-jenis inteligensi  Gardner :

A. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
B. Kecerdasan bahasa, merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
C. Kecerdasan logis matematis. Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.
D. Kecerdasan jasmani kinestetik. Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.
E. Kecerdasan musikal. memungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.
F. Kecerdasan interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
G. Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.






PEMAHAMAN MULTIPLE INTELLIGENCES MENURUT SAYA


Dalam setiap diri kita juga kita tidak hanya memiliki satu kecerdasan melainkan kita dapat juga memperoleh kecerdasan lainnya. Tapi meskipun kita memiliki kecerdasan lain kita Cuma memiliki satu kecerdasan yang menonjol.
Dari topic di atas kita sudah mengetahui kalau dalam setiap bidang yang kita sukai dan tidak sukai ada kaitannya dengan masing-masing kecerdasan tersebut.

Seberapa menonjolkah kita dalam suatu kecerdasan tergantung pada pengetahuan kita terhadap kecerdasan tersebut.
Salah satu cara agar kita mengetahui kecerdasan apa yang paling menonjol dalam diri kita, kita membuat personal mind mapping.
Pertama-tama kita membuat soal-soal sekaligus jawaban dari setiap kecerdasan tersebut menurut pengetahuan kita sendiri,kemudian kita mencari tau kebenaran dari jawaban-jawaban tersebut.
Jumlah soal dalam setiap kecerdasan tidaklah menjadi masalah karena banyak atau sedikitnya soal itu juga yang akan menunjukan seberapa tau kita dalam hal tersebut.

PENJABARAN JENIS INTELIGENSI
·         Kecerdasan spasial menurut saya merupakan salah satu kecerdasan yang dimana satu hal tertentu yang kita lihat atau pelajari disuatu tempat atau di satu waktu kemudian kita mencoba menghadirkannya menurut apa yang kita inginkan atau dengan beberapa polesan dari konsep kita sendiri. Sebagai contoh: FILM,  kebanyakan dari film-film diambil dari kisah nyata entah itu pada waktu sekarang atau pada waktu dulu.
·         Kecerdasan Bahasa: dalam kecerdasan ini yang paling utama adalah cara kita berkomunikasi dengan individu lain dengan menggunakan kata-kata yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa.orang yang memiliki kecerdasan ini lebih banyak kita temui di PUBLIC MEDIA contohnya: jurnalis,reporter,penulis dan wartawan.
·         Kecerdasan logis matematis: dalam kecerdasan ini mereka lebih banyak berdasarkan pada logika dan yang berbau dengan angka-angka. Mereka mencoba merumuskan satu hal dengan cara mengkombinasikan sumber(kepastian) yang mereka dapatkan dan membuatnya menjadi satu formula yang berupa satu kebenaran dalam bentuk angka-angka.
·         Kecerdasan jasmani kinestik: dalam kecerdasan ini menurut saya seseorang dapat melakukan suatu gaya/gerakan  pada tubuh sehingga menghasilkan suatu hal yang dimana orang lain merasa senang dan merasa hal tersebut perlu juga kita pelajari.dalam kecerdasan ini juga salah satu cara kita dapat berinteraksi dengan masyarakat tanpa harus kita berada di hadapan mereka.
·         Keceradasan musical: menkombinasikan pola-pola tertentu dari berbagai nada atau ketukan bukanlah hal yang mudah.kalau dalam kecerdasan matematik hal itu lebih diwujudkan dalam angka tapi di kecerdasan ini diwujudkan dalam sebuah karya MUSIK. Karya musik tidak hanya terbatas kepada seberapa tau orang tersebut dalam memainkan alat musik atau seberapa hebat dia dalam memahami jenis-jenis nada yang ada dalam musik. Dalam kecerdasan ini kita dapat mengeksresikan berbagai perasaan yang kita rasakan sekarang atau pada waktu itu dengan meenjadikannya dalam sebuah alunan suara. Menurut saya ini adalah kecerdasan yang sangat ingin kita keluarkan meskipun potensi yang ada dalam diri kita rendah.
·         Kecerdasan Interpersonal: dimana kita belajar mengetahui atau mencari cara masuk dalam diri seorang yang butuh di hibur atau kita juga dapat menjadi salah seorang penengah dalam suatu perdebatan antara dua kelompok. Kita juga harus mengetahui bagaimana cara berbicara atau cara mengungkapkan pada orang lain.
·         Kecerdasan Intrapersonal: kecerdasan ini kita harus lebih tau mengendalikan emosi kita terhadap individu lain. Sebelum melakukan sesuatu terhadap individu lain atau kelompok lain kita harus tau menempatkan posisi atau tau cara bagaimana melakukan hal yang terbaik untuk kita dan untuk orang lain juga.


BAB III
KESIMPULAN

MULTIPLE  INTELLIGENCES MENURUT SAYA!!
Menurut saya, M.I. merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi lain kata hal-hal tersebut dapat kita dapatkan tanpa harus dengan memiliki dasar nilai ekonomi. Hal ini juga dapat membantu kita dalam menghadapi kerasnya kehidupan global saat ini.